“Anak-anak tidak pandai mendengarkan orangtua mereka, tapi mereka tidak pernah gagal dalam meniru orangtua mereka.” by UNICEF.
Hidup di jaman sekarang, bisa jadi jaman yang musti lebih banyak berhati-hati. Jaman yang semuanya serba terbuka atas nama hak kemanusiaan. Siap atau tidak generasi penerus kita sekarang-lah yang akan menghadapinya. Sudahkah kita membekali anak-anak kita dengan pondasi yang kuat? ataukah kita hanya mengikuti arus kehidupan dan lupa mempersiapkan bekal masa depan mereka?
Menurutseorang psikolog yang saya temui saat Seminar Parenting, beliau mengatakan bahwa keberhasilan dan kesuksesan orang tua dalam mendidik anak adalah ketika mampu mempersiapkan anak kita pantas masuk ke dalam surga.
Anak-anak kita akan bertumbuh dari waktu ke waktu, baik secara fisik maupun mentalnya. Tumbuh kembang anak dari sejak lahir sampai mereka baligh tentunya menjadi tanggungjawab kita sebagai orangtua untuk mendidiknya sesuai tahap usia mereka. Dan jangan pernah lupa mendoakan anak-anak kita dengan doa yang baik.
Mendidik anak sesuai usianya dapat dibagi menjadi 4 tahapan usia :
- Anak usia 0-2 tahun : di tahap ini merupakan perkembangan sensori motor. Di usia ini terdapat lebih dari 100 milyar sel otak/neuron yang akan menyimpan memori. Dan di tahap inilah stimulasi yang maksimal akan menambah memori anak dan menghubungkan sel-sel otaknya sehingga meningkatkan kecerdasannya.
- Anak usia 2-7 tahun : di tahap ini merupakan tahap perkembangan pre-operasioanal. Anak usia ini akan lebih banyak meniru perilaku orang-0rang di sekitarnya. Mereka hanya akan melaksanakan tindakan sesuai yang diperintahkan, namun belum mampu berpikir tindakan apa yang selanjutnya harus dilakukan tanpa diperintahkan. Dan stimulasi yang baik di usia ini akan menebalkan memori pada sel otaknya.
- Anak usia 7 tahun hingga akil baligh : di tahap ini merupakan perkembangan konkrit operasional. Di mana di usia inilah kita sudah bisa menanamkah hal-hal positif, di usia ini sudah bisa menerima perintah yang sederhana suatu proses dari awal hingga akhir. Kita bisa mengajarkan tanggungjawab akan dirinya sendiri.
- Anak usia akil baligh hingga usia 18 tahun (remaja) : di tahap ini merupakan tahapan formal operasional. Yaitu anak-anak sudah paham banyak hal. Di saat inilah orang tua akan menjadi teman bagi anak. Namun juga perlu waspada. karena di tahap inilah anak juga sudah menginjjak remaja yang tentunya sudah tumbuh benih-benih ketertarikan terhadap lawan jenis.
Fitrah manusia memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang tentunya untuk saling menentramkan. Cara mendidik anak juga tidak bisa disamakan dari jaman ke jaman. Di dalam Islam kita dianjurkan untuk mendidik anak sesuai jamannya, karena sebagai manusia tentunya anak-anak kita punya rasa di hati dan pendapat berbeda. Mendidik dengan dasar agama yang kuat tentunya salah satu cara mempersiapkan bekal untuk anak-anak kita.
Akan tetapi juga tidak sedikit anak-anak bermasalah justru berasal dari keluarga baik-baik dan yang memiliki orangtua sholih. Lalu apa yang salah? Remaja merupakan masa transisi dan pencarian jati diri. Orangtua kadang merasa bahwa anaknya yang telah remaja tidak perlu diperhatikan seperti anak kecil lagi, tidak perlu diajak ngobrol lagi tenyangkeluh kesahnya maupun tidak perlu lagi dipeluk saat mereka merasa sedih.
Ternyata hal ini tidak seperti yang diharapkan remaja kita. Anak remaja kita masih perlu perhatian, karena jika orangtua tidak mampu memperhatikan mereka, maka yang akan terjadi adalah mereka akan mencari di luar rumah. Dan jangan salah, pelukan seorang ayah amat sangat penting. Ayah tidak perlu jaim memeluk anaknya, karena pelukan dari sosok kepala keluarga ini ternyata mampu mempengaruhi kecerdasan anak.
Di usia remaja ini adalah usia yang labil, generasi mudah galau. Pengaruh hormonnya membuat remaja ini mulai berpikir ideal menurut dirinya, dan figure idola akan banyak mempengaruhi perkembangan pola pikir mereka. Usia remaja ini akan mulai melepaskan sosok orangtua, nah di sinilah orang tua saatnya menjadi pendengar dan memantau perilaku remajanya.
Termasuk saat remaja ini mulai jatuh cinta, ada baiknya kita sebagai orangtua menempatkan diri sebagai sahabatnya dan tempat curhatnya. Mencari waktu yang tepat untuk mengarahkan anak untuk lebih baik tanpa terkesan menggurui.
Kepekaan orangtua harus diasah selalu untuk mengetahui kapan saat remajanya jatuh cinta, kapan mereka sedih dan kapan mereka ingin menjadikan kita teman. Membimbing remaja kita dengan nilai-nila agama akan lebih baik, tentunya dengan harapan saat mereka jatuh cinta, adalah cinta dan sayang yang tidak melanggar agama dan norma kehidupan.
Anak-anak tidak minta dilahirkan, namun kita yang ingin menghadirkan mereka di dunia. Sayangilah mereka, bimbinglah mereka dengan bekal terbaik untuk berkumpul bersama kita di surgaNya.. amiinn
(Diambil dari beberapa seminar parentingyang saya ikuti)